Saturday, January 27, 2007

halimun ku.....

Berpetualang di Taman Nasional Gunung Halimun
JAWA Barat terkenal dengan alam pegunungannya yang indah dan sejuk. Barangkali Anda juga termasuk yang sering bepergian ke tempat peristirahatan di provinsi ini. Akan tetapi, bila Anda memang menyukai keindahan alam, terutama yang masih asli dan tenang dengan udara segar, Anda harus mencoba yang satu ini: Taman Nasional Gunung Halimun.
ALAM taman nasional masih asli, ditutupi hijaunya hutan lebat dengan berbagai gunung yang jarang tersentuh manusia. Sungai yang bersih dan jernih mengalir di dalamnya dan membentuk beragam air terjun yang indah. Beberapa kebun teh juga terhampar di tepi taman nasional ini. Tempat ini menjanjikan banyak pengalaman eksotik yang tidak akan terlupakan.
Berangkat dari Jakarta menuju arah Sukabumi pada pukul enam pagi, kami tiba di Parungkuda yang terletak tiga kilometer sebelum Cibadak, Sukabumi, pada sekitar pukul delapan. Di sini terpampang papan petunjuk Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH).
Perjalanan dilanjutkan dari Parungkuda ke Kabandungan, sejauh 30 kilometer, melalui jalan aspal mulus. Dalam perjalanan kami melalui perkebunan teh yang indah, yaitu Kebun Teh Melani.
Kabandungan adalah desa di mana kantor pusat TNGH berada, sekaligus merupakan salah satu pintu masuk ke taman nasional ini. TNGH memiliki dua pintu masuk lainnya, yaitu Leuwijamang, di sebelah utara yang terletak di Kabupaten Bogor; dan Cikidang (Pangguyangan), di sebelah timur yang terletak di Kabupaten Sukabumi.
Pada ketiga lokasi pintu masuk tersebut terdapat akomodasi berupa wisma tamu yang memang disediakan untuk pengunjung yang ingin berwisata ke taman nasional. Di samping itu, ketiga pintu masuk tersebut dapat diakses mobil. Akan tetapi, ada beberapa alasan tertentu mengapa kami memilih pintu masuk Kabandungan.
Di kantor taman nasional kami mengurus keperluan administrasi seperti tiket masuk dan sebagainya (bagi yang sudah melakukan reservasi, konfirmasikan kedatangan Anda). Namun, yang sangat penting adalah mendapatkan informasi yang sangat lengkap. Di kantor pusat Kabandungan, kami dapat melihat foto obyek yang ada di seluruh bagian taman nasional, maket tiga dimensi, dan juga video.
Setelah merasa cukup dengan informasi yang diberikan, kami berangkat menuju Cikaniki dengan diantar pemandu. Cikaniki adalah sebuah stasiun penelitian dan di tempat ini juga terdapat wisma tamu. Lokasinya di tengah hutan, namun dilengkapi fasilitas modern. Inilah salah satu alasan lain kami memilih lokasi ini.
PERJALANAN Kabandungan-Cikaniki sejauh 18 kilometer ditempuh dengan mobil selama lebih kurang dua jam, karena 15 kilometer terakhir berupa jalan batu dan kami beberapa kali berhenti untuk memperoleh penjelasan dari Pak Mumu, pemandu kami.
Diawali dengan persawahan, jalan kemudian mendaki sedikit dan masuk hutan. Suasana berganti menjadi teduh, hijau, dan sejuk. Di dalam hutan ini kami melalui sebuah kawasan habitat owa jawa (Hylobates moloch), yaitu sejenis kera berwarna abu-abu yang sudah cukup langka saat ini. Dalam perjalanan ini kami juga menjumpai beberapa sungai kecil yang jernih airnya.
Ketika sedang asyik menikmati perjalanan, tiba-tiba kami telah sampai di Cikaniki (950 meter dpl). Terkejut juga melihat bangunan modern yang bagus di tengah hutan ini. Apalagi, tak berapa lama kemudian kami menyadari, beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain di halaman. Sebuah surga tersembunyi rupanya.
Wisma tamu Cikaniki sendiri merupakan bangunan yang memiliki empat kamar tidur, satu dapur, serta kamar mandi. Di wisma ini juga disediakan sebuah ruang makan.
Memang tidak ada rumah makan di sini. Anda harus membawa bahan makanan sendiri. Untuk memasaknya bisa dimintakan kepada tukang masak yang ada. Adapun gas, peralatan masak, dan makanan disediakan. Jadi, aktivitas tidak akan terganggu. Pada waktunya, Anda tinggal kembali ke wisma untuk bersantap.
Di Cikaniki, segala kebisingan kehidupan kota berganti dengan suara air yang mengalir dari sungai di dekat wisma tamu, yaitu Sungai Cikaniki. Tenang dan damai. Sungguh tempat yang sangat cocok untuk beristirahat dan menenangkan pikiran.
Namun, bukan berarti di sini tidak ada kegiatan yang dapat dilakukan. Salah satu alternatif kegiatan yang sangat baik, terutama apabila baru tiba di Cikaniki, adalah membaca-baca sedikit buku yang ada di perpustakaan untuk mengetahui lebih banyak mengenai tempat ini (sambil beristirahat sejenak). Setelah itu Anda dapat mendiskusikan program acara bersama pemandu.
Pak Mumu menawarkan kepada kami beberapa alternatif kegiatan. Salah satunya adalah menengok Sungai Cikaniki. Ternyata sungai tersebut indahnya luar biasa. Sungai kecil dengan air sangat jernih dan bebatuan alam. Keasliannya sangat terjaga. Nyaris tidak ada tanda-tanda sentuhan manusia.
Untuk lebih menikmatinya, kami sempat beberapa kali makan siang di sungai ini, di berbagai lokasi yang berbeda.
Kemudian kami mengunjungi Curug Macan (dahulu merupakan salah satu habitat macan tutul Panthera pardus). Sebuah air terjun kecil yang juga sangat indah. Airnya berasal dari sebuah sungai yang berada di atas Sungai Cikaniki. Lokasi air terjun ini hanya sekitar 300 meter dari wisma tamu.
TNGH memang terkenal menyimpan beragam air terjun yang indah. Beberapa yang lain di antaranya Air Terjun Piit, Walet, Cikudapaeh, Cihanjawar, Ciberang, dan Citangkolo.
Kegiatan lain adalah canopy walk, yaitu berjalan di sebuah jalan atau jembatan yang melintas dari satu pohon ke pohon lainnya dengan ketinggian 30 meter dari permukaan tanah. Jalan ini terikat kawat baja ke batang-batang pohon besar yang telah berusia ratusan tahun.
Tentu saja ini merupakan pengalaman baru dan kami mencobanya. Ternyata jembatan ini agak berayun sedikit pada waktu kami berjalan. Cukup mendebarkan juga, tetapi tetap mengasyikkan. Dengan berada di atas kanopi, kami dapat menikmati pemandangan dengan perspektif berbeda. Mungkin sama dengan aneka satwa yang hidup di atas pohon. Canopy walk ini juga melintas di atas Sungai Cikaniki.
Sepanjang pengetahuan kami, TNGH merupakan satu-satunya tempat di Indonesia yang menawarkan pengalaman unik seperti ini.
DI samping canopy walk, pengalaman menarik lainnya adalah berjalan masuk hutan. Untuk itu telah dibuat sebuah jalan setapak yang disebut loop trail, yang panjangnya 3,8 kilometer dan dilengkapi papan petunjuk serta shelter. Sepanjang loop trail ini, pengunjung dapat menikmati suasana hutan yang masih asli dengan beraneka makhluk hidup yang ada di dalamnya. Bila Anda beruntung, Anda bisa bertemu dengan owa jawa, kera berbulu abu-abu.
Untuk berganti suasana, kami juga pergi ke Kebun Teh Nirmala. Jaraknya hanya sekitar 500 meter dari wisma tamu. Di sini kami dapat menikmati pemandangan luas berupa hamparan hijaunya perkebunan teh serta gunung yang berada di taman nasional ini.
Meneruskan perjalanan menembus perkebunan teh (dengan mobil), kami tiba di Citalahab, sebuah kampung para pekerja perkebunan. Sekitar tiga kilometer kemudian, kami tiba di pabrik pemrosesan teh. Di sini, bila beruntung, Anda dapat menyaksikan bagaimana proses pembuatan minuman Anda sehari-hari.
Di samping pemandangan yang indah, Kebun Teh Nirmala ini juga baik untuk pengamatan elang jawa. Burung ini sudah cukup langka, namun masih relatif mudah dijumpai di TNGH.
Pesona TNGH ternyata tidak hanya dapat dinikmati pada siang hari. Pada malam hari grup kami bersama beberapa grup lainnya secara bergiliran diajak Pak Mumu untuk melihat jamur. Rupanya ada jenis jamur yang berpendar pada malam hari, seperti lampu hias. Sungguh indah dan luar biasa.
Memang banyak sekali pesona yang ditawarkan TNGH. Salah satu keutamaannya adalah semua itu dapat dinikmati dengan santai dan mudah. Oleh karena itu, agar perjalanan Anda maksimal, kami sarankan untuk menghabiskan waktu beberapa hari di tempat ini. Dijamin, Anda akan keluar bagaikan manusia yang baru terlahir kembali!
Jangan lupa, jagalah kelestarian alam. Itu yang terpenting.
siti nur jannah, penulis, tinggal di Jakarta